Al-Fatihah, Penciptaan Tujuh Alam Dan Bertasbihnya Semua Makhluk


Menurut kajian M. Quraish Shihab, huruf-huruf Arab yang sering digunakan sebagai pembuka surah al-Qur'an sebanyak 14 huruf. Ia ditemukan dalam 29 surah. Dengan demikian, empat belas yang dipilih itu adalah setengah dari huruf-huruf hija'iah (alpabet bahasa Arab). Keempat belas huruf itu telah dirangkai oleh sementara ulama antara lain dengan kalimat, "nash karīm qā ti'un lahu sit (Teks mulia yang bersifat pasti dan memiliki rahasia)." Huruf-huruf yang terpilih itu mewakili tempat-tempat keluarnya huruf. Misalnya Alif, tempat keluarnya kerongkongan, Laam, tempat pengucapan dan keluarnya adalah lidah dengan meletakkannya di langit-langit mulut, mim lahir dari pertemuan bibir atas dan bibir bawah. Dengan demikian Alif, Laam, Mim merupakan awal, tengah dan akhir (lihat uraian angka 3 sebagai prinsip keseimbangan). Atau secara umum sebagai suatu siklus yang tertutup perjalanan kehidupan dimana antara Alif dan Mim menuju satu kesatuan, namun dengan jarak yaitu dua Alif Basmalah lainnya yang rahasia, atau dikatakan sebagai suatu perbedaan yang mengisyaratkan suatu capaian ruhaniah seperti diisyaratkan dalam QS 57:3 atau Qabaa Qausaini (sedekat jarak antara dua ujung busur anak panah, atau lebih dekat lagi QS 53:9), atau dinyatakan sebagai suatu syahadah "Laa ilaaha ilaa Allaah, Muhammadurrasulullah".

Namun, Rahmat Allah ini berdiri sebagai bagian dari 3 huruf Alif yang sejatinya menunjukkan 3 kenyataan batiniah bahwa tiga kenyataan itu mendukung aspek lahiriah. Hal ini ternyata ditegaskan oleh al-Qur'an yaitu dalam Surah al-Hadiid [57] ayat 3 yang secara tegas menyatakan,"Dialah, Yang Awal dan Yang Akhir, yang Lahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui Segala Sesuatu." Sehingga, kalau kita rujukkan maka dua dijit terakhir 22/7 yaitu angka 57 menunjukkan pada jumlah ar-Rahmān di dalam al-Qur'an. Angka 22/7 yang tidak habis bagi dengan demikian mengandung pengertian juga sebagai "Dialah Yang Mengetahui Segala Sesuatu". Lantas, apa makna angka 8 yang terletak pada dijit ke-empat? Angka 8 ini muncul dari hasil angka 24 dibagi dengan 3. Lho, darimana munculnya angka 24 ini? Inilah jumlah huruf dalam kalimat "Laa Ilahaa Illaa Allah, Muhammadurrasulullah (Tida Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah)" yang berjumlah 24 huruf dan menunjukkan satu periode siang-malam, sebagai satu putaran lingkaran Basmalah. Angka 8 juga muncul dari pembagian nomor surat al-Hadiid 57 dengan 7 sehingga diperoleh pecahan tak habis bagi seperti 22/7 yaitu 8.142857142857142857…Artinya, secara halus surah al-Hadiid menunjukkan penauhidan Allah SWT oleh mereka yang sudah menempuh perjalanan ruhani, dari awal sampai akhir, sehingga secara langsung al-Hadiid ayat 3 tidak lain dari mereka yang telah mengitari lingkaran Basmalah dan menelusuri 7 ayat al-Fatihah. Inilah pernyataan makrifat yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan kaum sufi umumnya dimana dia yang telah makrifat adalah "Dialah, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang lahir dan Yang Batin..." Dengan makna khusus, bagi dia yang telah menempuh perjalanan menelusuri Basmalah dan al-Fatihah, maka dia akan terbaqakan didalam-Nya sehingga lahiriahnya adalah Batin-Nya. Atau boleh dikatakan bahwa QS al-Hadiid ayat 3 identik dengan makna tersembunyi dari tujuh ayat al-Fatihah.Lebih jauh lagi, angka 8 menunjukkan cermin dimana Allah dan nabi Muhammad satu sama lain saling "memunggungi dan berhadapan".

Hal ini akan kita sadari bahwa Allah terdiri dari 4 huruf Alif Laam Laam Ha dan Muhammad terdiri dari 4 huruf Miim Ha Miim Dal, jumlahkan 4+4=8. Sehingga makna Ha-Miim sebagai qolbu mukminin sebenarnya erat kaitannya sengan angka 8 di tengah bilangan 1428571. Jadi makna 1428571 tak lain adalah Alif (142), Ha-Mim(8), Miim sebagai kesempurnaan tauhid makhluk (571). Dan yang lebih eksak bahwa huruf PI mengandung tetapan awal mula atau kodefikasi alam semesta kalau kita uraikan 28571 sebagai berikut 2 dan 8 identik dengan 2x2x2x2 dengan kaidah unifikasi dapat kita pisahkan 2x2 sebagai 22 dan dengan perkalian 2x2 sebagai 4, maka diperoleh 22-4-571 Masehi sebagai tanggal lahir Nabi Muhammad SAW (pada beberapa literatur sering juga disebutkan tanggal 20-4-571). Bagaimana bisa? Mungkin Anda akan bertanya betapa ajaibnya huruf PI=22/7 ini karena menyiratkan segala sesuatu tentang Allah dan Nabi Muhammad SAW padahal huruf PI adalah huruf Yunani yang digunakan sebagai simbol matematika untuk menghitung keliling, volume, atau bentuk benda yang mengandung lingkaran atau bulat! Dan formulasi ini sudah ada sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW sejak zaman Phytagoras, bahkan mungkin sejak zaman Nabi Idris a.s yang mempunyai pengetahuan tentang Tuhan Yang Esa kurang lebih 4 setengah milenium (sekitar 4500 tahun) sebelum tahun masehi.Dapat disimpulkan bahwa angka PI=22/7=3.142857…merupakan tetapan awal mula yang REAL dari irrasionalitas pi=355/113 yang memang menunjukkan sifat Kemahakuasaan Allah yang tidak berbatas yang terwakili oleh bentuk lingkaran yang menutup ke dirinya sendiri. Dan juga menunjukkan makna "lahir dan batin" dari keseimbangan global, keteraturan global, ketertalaan global, dari alam semesta dan semua isinya atau merujuk pada Rabbul Aalamin (Yang Maha Memelihara dan Mendidik). Jadi 22/7 juga menunjukkan limpahan kasih sayang atau cinta Allah yang tiada habisnya bagi semua makhluk-Nya. Ternyata 22/7 adalah kode cinta kasih Allah SWT yang tidak akan bisa dibalas oleh semua makhluk-Nya meskipun semua makhluk bersatu padu mengumpulkan semua amaliahnya.

Sejatinya, 22/7 juga merepresentasikan akhlak dan perilaku Nabi Muhammad SAW yang membawakan rahmat bagi seluruh alam dan makhluk. Ialah yang mengaktualkan semua isi al-Qur'an menjadi akhlak manusia sempurna yang mulia, manusia yang mampu merespon semua Asma dan Sifat, Af'al-Nya. Lantas bagaimana dengan ar-Rahīm?ar-Rahīm menyatakan bahwa Dia memiliki rahmat yang melekat pada diri-Nya. Maka dengan ar-Rahīm pula semua isi al-Qur'an terurai dari enam ayat setelah Basmalah yang menyatakan bahwa al-Qur'an adalah kalimat-Nya yang dimaksudkan untuk semua manusia dan jin agar perjalanan mereka untuk kembali kepada-Nya dapat dilakukan dengan mulus, karena dengan ar-Rahīm -Nyalah 114 surat al-Qur'an menjadi pedoman bagi semua makhluk-Nya, jadi al-Rahim berkaitan dengan artikulasi ampunan Allah yang aktual baik sebagai Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang akhlaknya sempurna yang memberikan petunjuk maupun al-Qur'an sebagai pedoman. Pengertian demikian tersirat dalam QS 9:128 yang merupakan PERSONIFIKASI AKHLAK ATAU KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW,Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS 9:128)QS 9:128 secara definitif merupakan gambaran bagaimana akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai guru umatnya atau secara umum sebagai Logos atau Gurujati Umat Manusia sehingga ia adalah Rahmaatan Lil 'Aalamin yang memberikan petunjuk kepada manusia secara universal bukan kepada Bangsa Arab saja dan supaya umat manusia menggunakan akal pikiran dan hatinya secara seimbang dan optimal sehingga penyakit hati yang muncul sebagai amarah dan kebodohan jahiliyah dapat dihapuskan. Misi Muhammad SAW karena itu berkaitan erat dengan manifestasi Allah sebagai Rabbul 'Aalamin yaitu Pencipta, Pemelihara dan Pendidik semua makhluk-Nya.

Dengan demikian, ketika kita gunakan pengertian Muhammad sebagai Khalifah,maka kekhalifahannya berkaitan dengan pengetahuannya yang sempurna yang menjadi cermin manusia lainnya sebagai al-Mukmin. Kekhalifahannya bukan Muhammad SAW sebagai raja diraja tetapi sebagai UTUSAN TUHAN yang memberikan petunjuk bagi seluruh umat manusia dengan mengajarkan kaidah yang benar untuk mengenal diri manusia dan mengenal Tuhan Yang Maha Esa sehingga akhirnya muncul sebagai akhlak dan perilaku yang benar dalam pandangan Tuhan yaitu selaras dengan kehendak Allah yang informasinya tercantum dalam al-Qur'an dan As-Sunnah. Kalau sampai hari ini kita masih keliru memaknai kekhalifahan sebagai kekaisaran maka pandangan tersebut telah dikotori oleh hawa nafsu untuk menguasai dan telah ditunggangi oleh keinginan keduniawian dari orang-orang yang dijangkiti penyakit jahiliyah yaitu ego jahiliyah berupa kesukuan, rasisme, keserakahan, dan politik kekuasaan yang merupakan penyakit hati yang justru ingin dimusnahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Jadi, untuk mengingatkan kita bahwa Nabi Muhammad SAW mempunyai misi untuk melenyapkan penyakit jahiliyah berupa penyakit Abu Jahal (mbah Kebodohan) dan Abu lahab (mbahnya api amarah), oleh karena itu kita sebagai Umat Islam jangan mau terjebak tipu daya yang menyebabkan kita justru menjadi gerombolan Abu Jahal dan Abu Lahab. Abu Jahal adalah simbol musuh Nabi yang utama yaitu bapak Kebodohan dan Abu Lahab adalah bapak Amarah.Lafaz ar-Rahīm di dalam al-Qur'an berjumlah 114 kali, sehingga kalau dibagi 19 menjadi 6. Angka enam ini adalah QS 1:2-7 dari al-Fatihah, atau 6 ayat yang diuraikan dari Basmalah. Apa yang telah diuraikan diatas sejatinya menunjukkan bahwa al-Qur'an diturunkan dengan suatu kunci atau kode yang menjamin keotentikan dari semua isi al-Qur'an hingga akhir zaman.

Dengan demikian, bila terjadi perubahan kata, maka pastilah jumlah kata dan huruf-hurufnya tidak akan seimbang. Dan satu-satunya yang mampu menguraikan dengan tepat semua isi al-Qur'an adalah Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah terakhir (al-Qur'an). Sehingga, menjadi jelaslah peran Nabi Muhammad SAW sebagai maujud dari akhlak al-Qur'an, maujud dari Asma, Sifat, Af'al Allah SWT, rujukan semua makhluk, sebagai tetapan awal mula, sekaligus sebagai Adimanusia maujud dari Aditeori atau Teori Tentang Segala Sesuatu (Theory Of Everything). Makna lain dari PI(baca Pengetahuan Ilahiyah)=22/7 yang membangun lingkaran menunjukkan kaitan dengan sifat-sifat Allah SWT. Sebagai bentuk elementer atau paling mendasar, maka titik yang menjadi lingkaran mengakomodasikan sifat al-Iradah, al-Qudrah, Al-Qayyum (Dia Yang Hidup Kekal, QS 2:255), Yang Berbeda dengan makhluk-Nya, Yang mendirikan esensi dan eksistensi maujud selain Diri-Nya. QS 2:255 adalah ayat Kursy,"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."Menurut tafsir rasional Imam Fakhrurrazzi dan Muhammad Rasyid Ridha[166], Dia benar-benar Pendiri atau Pencipta seluruh maujud dalam arti Dialah yang yang mempengaruhi atau memungkinkan seluruh maujud menjadi ada karena kehendak-Nya. Pengaruh-Nya terhadap seluruh maujud bisa bersifat supranatural berupa inayatullah (dengan "kun fa yakuun") atau melalui hukum-hukum alam baik yang kausalitas maupun tidak (Teori Kuantum dan Realtivitas, indeterministik dan deterministik). Maka dengan al-Hayyu dan al-Qayyum ini Dia telah memupuskan keinginan supranatural semata. Dengan sifat al-Hayyu Dia menunjukkan bahwa Dia Maha Tahu dan Maha Kuasa, dan al-Qayyum ia menunjukkan bahwa Dia Maha Berdiri Sendiri atau Mandiri. Sekaligus mendirikan atau menciptakan dan mengurusi sesuatu selain Diri-Nya. Maka menjadi jelas bahwa dengan kalimat Basmalah, alam semesta dan semua makhluk diciptakan dari rahmat dan kasih sayangnya (ar-Rahmaan) dan karena pertolongan-Nya semata (ar-Rahiim) dalam maujud sebuah titik sebagai suatu ketiadaan menuju kefanaan absolut, menjadi sebuah kehendak-Nya Yang Mandiri menjadi lingkaran yang mencakup sifat-sifat-Nya yang terurai dalam ayat Kursy (QS 2:255). Dari ayat Kursy, kalau kita bagi 255 dengan 22 kita peroleh Surah Huud (no ayat 11), yang berbunyi, "Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,(QS 11:1)". Alif Laam Raa kembali menegaskan al-Qur'an sebagai kitab yang sangat terperinci yang diturunkan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat pertama surah Huud seperti menegaskan kembali peran Nabi Muhammad SAW sebagai gudang ilmu yang mengetahui perincian setiap tanda baca, bilangan, huruf, ayat, dan surah al-Qur'an. Kalau kita bagi 255 dengan 7 maka diperoleh surah Yaasiin [36] dengan ayat pertama berbunyi , "Yaa Siin.".

Dalam surah Yaa Siin ini, ayat 1 sampai 6 menegaskan al-Qur'an yang penuh hikmah, yang dapat mengantarkan manusia ke jalan yang lurus (Shiraatal Mustaqiim) bila mengikuti Nabi Muhammad SAW.Keajaiban Basmalah/al-Fatihah atau 22/7=3.142857 dapat juga diuraikan dengan intepretasi berbeda, namun maknanya serupa dengan penguraian sebelumnya. Untuk itu kita dapat mulai dari sebelah kanan (mengikui cara baca aksara Arab) angka diatas. Angka 7 yang pertama menyatakan bahwa mulailah dengan tujuh ayat al-Fatihah beserta penguraiannya yaitu al-Qur'an sebagai dasar untuk melakukan perjalanan ruhani, lakukan perjalanan mi'raj dengan shalat 5 waktu, guna menyaksikan "Laa iIlaaha ilaa Allah, Muhammadurrasulullah" (angka 8 diperoleh dari 24/3) sebagai kalimat tauhid, yang merupakan maujud lahir dan bathin dari Allah SWT Yang Esa. Sucikan jiwa atau qolbu Anda sehingga qolbu pun menjadi cermin, yaitu qolbu mukminin yang menampung Al-Aalamin sebagai Arasy Allah. Apa yang terletak diantara yang lahir dan batin adalah maujud dari 2 Asma ar-Rahmaan & ar-Rahiim, 4 sifat dominan al-Iradah dan al-Qudrah, al-Hayyu dan al-Qayyum, dan Allah sebagai Ism Agung. Ketujuh Asma dan Sifat tersebut adalah manifestasi dari Dzat Allah Yang Esa (angka 1). Antara yang lahir dan yang bathin terletak alam semesta yang bermula dari suatu titik (.) . Titik itu sejatinya adalah titik awal mula segalanya (singularitas), itulah titik diatas Nun yang menjadi Esensi Ilahiah, ketika "kun fa yakuun" terucapkan, titik itu menjadi titik dibawah huruf Ba, sekaligus menjadi manifestasi penampakkan dari Yang Bathin menjadi Yang Lahir berupa alam semesta dan semua isinya. Untuk mengungkapkan Yang Bathin, yang 7,5,8,2,4, dan 1 harus terpadu menjadi kesatupaduan akhlak dan perilaku lahir dan batin setiap manusia sebagai lingkaran perjalanan yang utuh. Maka setelah semua itu terpadu pada manusia ia mesti menggunakan esensi awal mulanya yakni ruh yang menyaksikan Tuhan Yang Esa (QS 7:172), sehingga akan tersingkap 3 huruf Alif kerahasiaan yang melengkapi 19 huruf Basmalah bahwa yang ada hanyalah Dia Yang Esa. Hal ini ternyata tersingkap juga dari pembagian nomor ayat 172/7=24.57141857…. Dengan mengambil angka 24 sebagai jumlah huruf syahadat atau penauhidan "Laa iIlaaha ilaa Allah, Muhammadurrasulullah". Ajaib kan.Penguraian Basmalah dan al-Fatihah secara matematis dengan 22/7 yang tak habis bagi sebenarnya secara eksak menunjukkan ketelitian redaksi al-Qur'an.

Menurut, M Quraish Shihab, dalam bukunya "Mukjizat Al-Qur'an"[167], Al Qur'an sangat teliti dalam memilih kosa kata. Seringkali pemilihan tersebut – pada pandangan pertama –nampak ganjil, bahkan boleh jadi dinilai menyalahi kaidah kebahasaan, atau tidak sejalan dengan bahasa yang baik dan benar. Namun, kenyataan demikian rupanya bukan suatu kebetulan atau kecerobohan, tetapi memang suatu kitab yang di desain sangat fleksibel bagi pembaca dan penelaahnya dan diperhitungkan satu demi satu seperti diungkapkan dalam QS 72:28. Sehingga apa yang dicantumkan di dalam al-Qur'an sebenarnya mencerminkan bagaimana al-Qur'an harus dipahami, yaitu dengan berbagai modus pemahaman atau keanekaragaman pandangan yang secara langsung sebenarnya merujuk kepada pengertian pemahaman dengan lahir maupun batin. Namun, keduanya satu sama lain saling bertautan, baik dari segi penguraiannya maupun implementasinya. Kalau kita nyatakan dengan bahasa teori kuantum maka di dalam al-Qur'an terdapat modus pemahaman tidak terpisahkan antara pemahaman "lahir dan batin", "syariat dan hakikat", "awal dan akhir", "deterministik dan indeterministik, "fisika dan metafisika", maupun berdasarkan "Teori Relativitas dan Teori Kuantum". Dan pemahaman demikian ternyata hanya bisa dipenuhi jika kita menggunakan pendekatan "qalam dan ilmu", "rasional dan makrifat", baik dengan instrumen "lahiriah berupa akal" maupun "ruhaniah berupa qolbu" .