Terkuaknya Misteri di Balik Segitiga Bermuda



Kamu pasti setidaknya sudah pernah sekali mendengar tentang segitiga Bermuda. Segitiga ini terbentuk di anatara Kepulauan Bermuda, Miami - Florida dan San Juan - Puerto Rico. Segitiga Bermuda terkenal dengan berbagai cerita misteri menghilangnya banyak kendaraan yang melintas melewatinya.
Selama bertahun-tahun, orang-orang berasumsi mengenai penyebab misteri tersebut: ada yang menyangkutpautkan dengan kejadian supranatural, relijius, ekstraterestrial dan masih banyak lagi. Setelah merenggut nyawa lebih dari 1000 jiwa hanya dalam satu abad terakhir ini, misteri segitiga bermuda akhirnya terpecahkan. Apa penyebab sebenarnya?

Penyebab utama dari kehancuran dan menghilangnya banyak kendaraan di segitiga Bermuda ternyata adalah killer clouds.

Bersamaan dengan 2016 yang diwarnai kemunculan "killer clowns" (badut-badut pembunuh), ditemukan juga "killer clouds" (awan-awan pembunuh). Itulah yang dipercaya kebanyakan ilmuwan telah menenggelamkan dan menghancurkan banyak kapal serta pesawat di daerah misterius tersebut. Para peneliti menyebutkan bahwa killer clouds yang berbentuk heksagonal itu dapat berkumpul dan membentuk segitiga besar Bermuda itu.

Selain berpenampilan mengerikan, kekuatan killer clouds juga sangat mengerikan.

Fenomena killer clouds dapat menyebabkan angin mematikan berkecepatan 273,6 km/jam yang mereka deskripsikan sebagai bom udara. Mereka percaya bahwa ledakan-ledakan brutal udara tersebut lah yang mampu membalik kapal dan bahkan menenggelamkan pesawat ke dalam laut. Laporan menyebutkan bahwa awan-awan raksasa ini seringkali muncul di atas ujung Barat segitiga Bermuda dan terbentuk sepanjang 32 hingga 89 km. Secara rata-rata, penampilan awan-awan tersebut sangat mengerikan.

Anehnya awan-awan tersebut membentuk garis yang nyaris lurus sempurna sehingga menyerupai bentuk segitiga.

Meteorologis spesialisasi satelit dari Colorado State University, Dr. Steve Miller mengatakan bahwa kita biasanya gak pernah melihat awan membentuk sebuah garis yang benar-benar lurus, bentuk kumpulan awan biasanya tersebar secara acak gak beraturan. Dengan menggunakan satelit radar untuk mengukur apa yang sebenarnya terjadi di bawah awan tersebut, ternyata mereka menemukan bahwa kekuatan angin lautan di sana adalah hampir sebesar 274 km/jam.
Sebagai perbandingan, itulah kecepatan angin yang serupa dengan badai Katrina. Angin tersebut sangat kuat hingga mampu membuat ombak setinggi 14 meter di lautan segitiga Bermuda. Membuat "bom-bom udara" tersebut bisa langsung menghancurkan bersama dengan hantaman ombak.
Keberadaan kawasan Segitiga Bermuda sering dikaitkan dengan penyebab hilangnya kapal dan pesawat. Namun, kini dua pakar meteorologi dari Arizona State University, Amerika Serikat, Kevin Corriveau dan Randy Cerveny, dapat mengungkapkan misteri Segitiga Bermuda.
Melalui program Whats On Earth di laman Science Channel, Corriveau mencoba memecahkan hilangnya kapal dan pesawat yang melalui Segitiga Bermuda dengan argumen ilmiah. Menurutnya, kawasan yang berada di Amerika Serikat bagian barat itu selalu dinaungi awan heksagonal.
"Jenis-jenis bentuk (awan) heksagonal di atas lautan pada dasarnya seperti 'bom udara'" ucap Cerveny dikutip dari NBC News, Senin, 24 Oktober 2016.
Pola awan dengan bentuk segi enam itu mampu melesat hingga 274 kilometer per jam. Kedua pakar itu mengatakan, setiap kapal dan pesawat sudah barang tentu akan menghindari awan heksagonal tersebut.

Berdasarkan pengamatan dari citra satelit, keberadaan awan heksagonal ini menunjukkan adanya awan 'bom udara' yang berada di sisi utara Samudera Atlantik.
Corriveau dan Cerveny satu suara, menyatakan konfigurasi awan heksagonal ini menjadi penyebab utama menghilangnya kapal dan pesawat yang melintas di wilayah seluas 500 ribu mil yang menghubungkan Bermuda, Florida, dan Puerto Rico itu.
Kedua ahli meteorologi ini pun membandingkan awan heksagonal yang ada di Segitiga Bermuda dengan yang ditemukan di laut utara Eropa. Mereka mengatakan, awan heksagonal di Benua Biru itu melesat 160,9 kilometer per jam dan menciptakan gelombang dengan tinggi lebih dari 45 kaki atau 13,7 meter..
Meski ada kesamaan, tetapi kata Corriveau, dua wilayah tersebut tidak dapat disamakan pola cuacanya, karena geografisnya yang berbeda. Corriveau mengatakan, garis lintang memainkan peran penting dalam melahirkan karakteristik awan dan cuaca di suatu daerah.
"Saya tidak bisa mengatakan bahwa apa yang kita lihat di Bahama (Segitiga Bermuda) adalah sama persis seperti yang ada di laut utara Eropa," ucapnya.
Diedit oleh Titto Rohendra 19 Maret 2017
Published by Bayu D. Wicaksono 29 Desember 2016 https://science.idntimes.com/discovery/bayu/misteri-di-balik-segitiga-bermuda-mematikan-akhirnya-terpecahkan/full
Published by Amal Nur Ngazis, Agus Tri Haryanto 24 Oktober 2016 | 10:21 WIB http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/838470-akhirnya-misteri-segitiga-bermuda-terpecahkan